PENDAHULUAN
Al-Qur’an
merupakan firman (kalam) Allah SWT yang diwahyukan kepada nabi Muhammad Saw
melalui malaikat Jibril dengan lafazd dan maknanya. al-Qur’an sebagai
kitabullah menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh
ajaran Islam. Selain itu al-Qur’an juga berfungsi sebagai petunjuk bagi umat
manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Cara yang
dilakukan para ulama dalam memahami hakikat makna dan kandungan al-Qur’an,
yakni dengan cara menafsiri ayat-ayat al-Qur’an dengan meninjau dari berbagai
segala aspek yang berhubungan dengan al-Qur’an, seperti sejarah turunnya
al-Qur’an, karakteristik al-Qur’an, kandungan isi al-Qur’an dan kaedah-kaedah
tafsir yang digunakan dalam memahami makna al-Qur’an. Di antara kaedah-kaedah
tafsir yang penting diketahui dalam proses penafsiran al-Qur’an adalah masalah
makkiyah-madaniyah dan muhkam-mutasyabih.
Makkiyah-madaniyah
merupakan istilah yang dipopulerkan para ulama dalam membedakan ayat-ayat
al-Qur’an sesuai dengan tempat turun ayat al-Qur’an. Pembahasan mengenai surah
makkiyah-madaniyah, tidak ada ayat al-Qur’an atau hadis yang khusus menjelaskan
tentang makkiyah dan madaniyah. Menurut Qadhi Abu Bakar dalam kitabnya
al-Intishar, tidak ada nash yang menjelaskan tentang makkiyah-madaniyah,
disebabkan Allah tidak memerintahkan nabi untuk menjelaskan tentang hal itu.
Demikian juga, Allah tidak menjadikan pengetahuan tentang makkiyah-madaniyah
sebagai suatu kewajiban.
Ilmu
makkiyah-madaniyah dapat diketahui berdasarkan riwayat para sahabat dan
tabi’in. Pada saat al-Qur’an diturunkan para sahabat merasa tidak membutuhkan
penjelasan tentang persoalan mengenai ilmu-ilmu tentang turunnya al-Qur’an
tersebut termasuk makkiyah dan madaniyah. Disebabkan para sahabat sudah menyaksikan
sendiri waktu-waktu turunnya wahyu, cara-cara turunnya dan materi serta kasus
yang menyebabkan turunnya wahyu
PEMBAHASAN
A. Perhatian para ulama terhadap surat makki dan madani
serta contoh faidahnya
Para
ulama begitu tertarik untuk menyelidiki surah-surah Makki dan Madani. Mereka
meneliti Qur’an ayat demi ayat dan surah demi surah untuk ditertibkan sesuai
dengan nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Bahkan
lebih dari itu, mereka mengumpulan antara waktu, tempat dan pola kalimat. Cara
demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan pada peneliti objektif,
gambaran mengenai penyelidikan ilmiah tentang ilmu makki dan madani. Dan itu
pula sikap ulama kita dalam melakukan
pembahasan-pembahasan terhadap aspek kajian Qur’an lainya.
Memang
suatu usaha besar bila seorang peneliti menyelidiki turunya wahyu dalam segala
tahapanya, mempelajari ayat-ayat Qur’an sehingga dapat menentukan waktu dan
tampat turunyadan dengan bantuan tema surah atau ayat, menentukan kaidah-kaidah
analogisuntuk menentukan apakah sebuah seruan itu termasuk Makki atau Madani,
ataukah ia merupakan tema=tema yang menjadi titik tolak dakwah di makkah atau
di Madinah. Apabila suatu masalah masih belum jelas bagi peneliti karena
terlalu banyak alasan yang berbeda-beda, maka ia kumpulkan, perbandingkan dan
mengklasifikasinya mana yang serupa dengan yang turun di Makah dan manapula
yang turun di Madinah.
Apabila
ayat-ayat itu turun di suatu tempat, kemudian salah seorang sahabat dibawa
segera setelah diiturunkan untuk disampaikan ditempat lain, maka para ulama pun
akan menentukan seperti itu. Mereka berkata
“Ayat yang dibawa Mekah ke Madinah dan ayata yang dibawa dari Madinah ke
Mekah”.
Abul
Qasim al Hasan bin Muhammad bin habib An Naisaburi menyebutkan dalam kitabnya
at Tanbiih ‘ala fadhli ‘Ulumil Qur’an: “Diantara ilmu-ilmu Qur’an yang paling
mulia adalah ilmu tentang nuzul Al Qur’an dan daerahnya, urutan turunya di
Mekah dan Madinah, tentang yang diturunkan di Mekah tetapi hukumnya Madani dan
sebaliknya, yang diturunkan di Makah mengenai penduduk Medinah dan sebaliknya,
yang serupa dengan yang diturunkan di mekah (Makki) tetapi termasuk Madani dan
sebaliknya, dan tentang yang diturunkan di juhfah, di baitul maqdis, di Taif
atau Hudaibiyah. Demikian juga tentang yang diturunkan di waktu malam, di waktu
siang, diturunkan secara bersama-sama, atau yang diturunkan secara tersendiri,
ayat-ayat Madaniah dari surah-surah Makkiah, ayat-ayat Makkiah dalam
surah-surah Madaniah; yang dibawa dari Mekah ke Madinah ke Abisinia, yang
diturunkan dalam betuk global dan yang telah dijelaskan, serta diperselisihkan
sehimgga orang mengatakan Madani dan sebagian lain mengatakan Makki. Itu semua
ada duapuluh lima macam. Orang yang tidak mengetahuinya dan tidak dapat
membeda-bedakanya, ia tidak berhak berbicara tentang Qur’an.[1]
Para
ulama sangat memperhatikan Qur’an dengan cermat. Mereka menertibkan surah-surah
sesuai dengan tempat turunya. Mereka mengatakan misalnya: “Surah ini diturunkan
setelah surah itu.” Dan bahkan lebih cermat lagi sehingga mereka membedakan
antara yang diturunkan malam hari dan diturunkan siang hari, antara yang
diturunkan musim panas dan yang diturunkan musim dingin, antara yang diturunkan
di wakti sedamh berada dirimah dengan yang diturunkan saat bepergian.
Yang terpenting
dipelajari para ulama dalam pembahasan ini ialah: 1) Yang diturunkan di Mekah,
2) yang turun di Madinah, 3) yang diperselisihkan, 4) ayat-ayat Makkiah dalam
surah-surah Madaniah, 5) ayat-ayat Madaniah dalam surah Makkiah, 6) yang
diturunkah di Makah sedang hukumnya Madani, 7) yang diturunkan di Madinah
sedang hukumnya Makki, 8) yang serupa diturunkan di Makkah (Makki) dalam
kelompok Madani, 9) yang serupa diturunkan di Madinah (Madani) dalam kelompok
Makki, 10) yang dibawa dari Makkah ke Madinah, 11) yang dibawa dari Madinaah ke
Mekkah, 12) yangturun diwaktu malam dan di waktu siang, 13) yang turun di musim
panas dan di musim dingin, 14) yang turun di waktu menetap dan dalam
perjalanan.[2]
B.
Teori –
teori Makkiyah Madaniyah
Ada beberapa teori dalam menetukan
kriteria suatu ayat apakah ayat terkait itu Makkiyah atau Madaniyah. Para ulama
membaginya menjadi empat teori, yaitu:
1.
Teori
Mulaahazhatu Makaanin Nuzuli (Teori Geografis)
Menurut teori ini ayat atau surat Makkiyah adalah ayat yang diturunkan di Mekkah dan sekitarnya baik sebelum nabi Muhammad Hijrah maupun sesudah beliau hijrah ke Madinah. Termasuk dalam kategori ini adalah ayat yang turun di Mina, Arafah, Hudaibiyah dan sebagainya.
Sedangkan ayat Madaniyah adalah ayat yang diturunkan di daerah Madinah dan sekitarnya, sehingga dalam hal ini ayat yang diturunkan di Badar, Qubq, Uhud dan lain sebagainya dapat dikategorikan sebagai Madaniyah.
Menurut teori ini ayat atau surat Makkiyah adalah ayat yang diturunkan di Mekkah dan sekitarnya baik sebelum nabi Muhammad Hijrah maupun sesudah beliau hijrah ke Madinah. Termasuk dalam kategori ini adalah ayat yang turun di Mina, Arafah, Hudaibiyah dan sebagainya.
Sedangkan ayat Madaniyah adalah ayat yang diturunkan di daerah Madinah dan sekitarnya, sehingga dalam hal ini ayat yang diturunkan di Badar, Qubq, Uhud dan lain sebagainya dapat dikategorikan sebagai Madaniyah.
2.
Teori
Mulaahazhatu Mukhaathabiina Fin Nuzuuli (Teori Subjektif)
Yaitu teori yang berorientasi pada subyek siapa yang dikhitab/ yang dipanggil dalam ayat. Jika subyeknya adalah orang-orang Mekkah yang biasanya memakai kata “Ya Ayyuhan Naasu” (wahai Manusia), “Ya Ayyuhal Kafiruun” (wahai orang-orang kafir) atau “Ya Bani Adama” (wahai anak Adam) maka ayat tersebut dinamakan Makkiyah, begitu juga apabila yang dipanggil adalah orang madinah yang biasanya menggunakan kata “Ya Ayyuhal Ladzina Aamanuu”(Wahai Orang-orang yang beriman) maka ayat tersebut dinamakan Madaniyah.
Yaitu teori yang berorientasi pada subyek siapa yang dikhitab/ yang dipanggil dalam ayat. Jika subyeknya adalah orang-orang Mekkah yang biasanya memakai kata “Ya Ayyuhan Naasu” (wahai Manusia), “Ya Ayyuhal Kafiruun” (wahai orang-orang kafir) atau “Ya Bani Adama” (wahai anak Adam) maka ayat tersebut dinamakan Makkiyah, begitu juga apabila yang dipanggil adalah orang madinah yang biasanya menggunakan kata “Ya Ayyuhal Ladzina Aamanuu”(Wahai Orang-orang yang beriman) maka ayat tersebut dinamakan Madaniyah.
3.
Teori
Mulaahazhatu Zamaanin Nuzuuli (Teori Historis)
Yaitu teori yang berorientasi pada sejarah waktu turunnya al Qur’an. Yang dijadikan tonggak sejarah oleh teori ini adalah hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah. Artinya, ayat atau surat yang diturunkan sebelum Nabi Hijrah ia disebut dengan ayat Makkiyah dan ayat yang diturunkan sesudah Nabi Hijrah disebut dengan ayat Madaniyah.
Yaitu teori yang berorientasi pada sejarah waktu turunnya al Qur’an. Yang dijadikan tonggak sejarah oleh teori ini adalah hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah. Artinya, ayat atau surat yang diturunkan sebelum Nabi Hijrah ia disebut dengan ayat Makkiyah dan ayat yang diturunkan sesudah Nabi Hijrah disebut dengan ayat Madaniyah.
4.
Teori
Mulaahazhatu Ma Tadhammanat as Suuratu (Teori Content Analysis)
Yaitu
teori yang mendasarkan kriterianya dalam membedakan Makkiyah dan madaniyah
kepada isi dari ayat atau surat tersebut.
Beberapa teori diatas memilki kekurangan dan kelebihan
tersendiri hanya saja yang paling masyhur dan dinilai banyak memiliki kelebihan
dibandingkan dengan kekurangannya adalah teori histories (Mulaahazhatu Zamaanin
Nuzuuli).[3]
Dilihat dari fase turunnya al Qur’an, memang al Qur’an hanya dibagi menjadi
dua yaitu ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah dan ayat-ayat yang diturunkan di
Madinah. Oleh karena itu, merupakan suatu yang wajar apabila ayat Makkiyah
Madaniyah selalu dinisbahkan kepada tempat dimana ayat tersebut diturunkan, di
Mekkah atau di Madinah. Padahal jika dilihat dari sejarahnya, ada beberapa ayat
yang ternyata tidaklah diturunkan di dua wilayah geografis tersebut seperti di
Syam, bahkan ada sebuah sabda Rasul yang di sampaikan Tabrani bahwa Al Qur’an
itu di turunkan di tiga tempat yaitu Mekkah, Madinah dan Syam..[4]
C.
Klasifikasi
Ayat-ayat dan Surat-surat Al-Quran
1.
Surat-surat
Makkiyah
Kebanyakan para Ulama’ berpendapat
tentang bilangan surah Makkiyah, yaitu berjumlah 82 surah :
(1)Al-An’aam,(2) Al-A’raaf,(3) Yunus, (4) Huud,(5) Yusuf,(6)
Ibrahim,(7) Al-Hijr,(8) An-Nahl,(9) Al-Isroo’,(10)
Al-Kahfi,(11) Maryam,(12) Thaha,(13) Al-Anbiya’,(14) Al-Mu’minuun, (15)
Al-Furqaan,(16) Asy-Syu’aro’,(17)
An-Naml,(18) Al-Qashash,(19) Al-Ankabuut,(20) Ar-Ruum,(21) Luqman,(22)
As-Sajdah,(23) Sabaa’,(24) Al-Faathir,(25) Yaasiin,(26) Ash-Shaffaat,(27)
Shaad,(28) Az-Zumar,(29) Ghaafir, (30) Fushshilat,(31) Asy-Syuuroo,(32)
Az-Zukhruf, (33) Ad-Dukhoon,(34) Al-Jaatsiyah,(35) Al-Ahqaaf,(36) Qaaf, (37)
Adz-Dzaariyaat,(38) Ath-Thuur,(39) An-Najm,(40) Al-Qamar,(41) Al-Waaqi’ah,(42)
Al-Mulk,(43) Al-Qalam,(44) Al-Haaqqah,(45) Al-Ma’aarij,(46) Nuuh,(47) Al-Jin,(48)
Al-Muzzammil,(49) Al-Muddatstsir,(50) Al-Qiyaamah,(51) Al-Muraasalaat,(52)
An-Naba’,(53) An-Naazi’aat ,(54) Abasa, (55) At-Takwiir,(56) Al-Infithaar,(57)
Al-Muthaffifiin,(58) Al-Insyiqaaq, (59) Al-Buruuj,(60) Ath-Thaariq,(61)
Al-A’laa, (62) Al-Ghaasyiyah,(63) Al-Fajr, (64) Al-Balad,(65) Asy-Syams,(66)
Al-Lail,(67) Adh-Dhuhaa,(68) Al-’Ashr,(69) At-Tiyn, (70) Al-’Alaq,(71) Al-Qadr,
(72) Al-’Aadiyaat,(73) Al-Qaari’ah,(74) At-Takatsur,(75) Al-Ashr (76) ,Al-Humazah,(77)
Al-Fiyl, (78) Quraisy,(79) Al-Maa’uun,(80) Al-Kautsar,(81) Al-Kaafiruun,(82) Al
Lahab.
2.
Surat-surat
Madaniyah
(1)Al-Baqarah,(2) Ali Imran, (3) An-Nisaa’,(4) Al-Maa`idah,
(5) Al-Anfaal, (6) At-Taubah, (7) An-Nuur, (8) Al-Ahzaab,(9) Muhammad,(10)
Al-Fat-h ,(11) Al-Hujuroot, (12) Al-Hadiid,(13) Al-Mujaadalah,(14) Al-Hasyr,(15)
Al-Mumtahanah,(16) Al-Jumu’ah,(17) Al-Munaafiquun,(18) Ath-Thalaaq,(19)
At-Tahriim,(20) An-Nashr
Surat yang Diperselisihkan :
1. Al Fatihah
|
7. Al Qadr
|
2. Ar Ra’d
|
8. Al Bayyinah
|
3. Ar Rahman
|
9. Al Zilzalah
|
4. Ash Shaf
|
10. Al Ikhlash
|
5. At Taghabun
|
11. Al Falaq
|
6. At Tathfif
|
12. An Naas[5]
|
3. Ayat-ayat Makkiyah dalam Surah Madaniyah
Dari sekian
contoh-contoh dalam surat Madaniyah, ialah surat al-Anfal adalah Madaniyah,
tetapi banyak ulama mengecualikan ayat :
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ
أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ
خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika orang kafir (quraisy) membuat
maker terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau
mengusirmu. Mereka membuat maker, tetapi Allah mengagalkan makar mereka. Dan
Allah sebaik-baik pembalas makar”. (al-Anfal :30)
Mengenai ayat ini Muqatil mengatakan ”Ayat ini
diturunkan di Mekah, zahirnya menunjukan demikian sebab ia mengandung makna apa
yang dilakukan oleh orang-orang musrik di ”Darun Nadwah ketika mereka
merencanakan makar tehadap Rasulullah sebelum Hijrah.
4. Ayat-ayat Madaniyah dalam surah Makkiyah
Surah
al-Hajj adalah Makkiyah. Tetapi ada tiga ayat yang madaniyah, yaitu ayat 19-21.
Èb#x»yd
Èb$yJóÁyz
(#qßJ|ÁtG÷z$#
Îû
öNÍkÍh5u
(
tûïÏ%©!$$sù
(#rãxÿ2
ôMyèÏeÜè%
öNçlm;
Ò>$uÏO
`ÏiB
9$¯R
=|Áã
`ÏB
É-öqsù
ãNÍkÅrâäâ
ãNÏJptø:$#
ÇÊÒÈ ãygóÁã
¾ÏmÎ/
$tB
Îû
öNÍkÍXqäÜç/
ßqè=ègø:$#ur
ÇËÉÈ Nçlm;ur
ßìÏJ»s)¨B
ô`ÏB
7Ïtn
ÇËÊÈ
5. Madaniyah mirip Makkiyah
Yang dimaksund oleh para ulama di sini ialah ayat-ayat
yang terdapat dalam surat Madaniyah tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri-ciri
umum seperti surat Makkiyah. Contohnya di dalam firman Allah dalm surah
Al-Anfal yang madaniyah:
Î)ur (#qä9$s% ¢Oßg¯=9$# bÎ) c%x. #x»yd uqèd ¨,ysø9$# ô`ÏB x8ÏZÏã öÏÜøBr'sù $uZøn=tã Zou$yfÏm z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# Írr& $oYÏKø$# A>#xyèÎ/ 5OÏ9r& ÇÌËÈ
”Dan
(ingatlah) ketika mereka golongan musrik-berkata, ”Ya Allah, Jika benar
Al-Quran ini dari Engkau, Hujanilah kami dengan batu dari langit, atau
datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (Al-Anfal:32)
Hal ini dikarenakan permintaan kaum musyrikin untuk
disegerakan azab adalah di Mekah.
6. Makkiyah mirip Madaniyah
Yang dimaksud oleh apara ulama, ialah kebalikan dari
yang sebelumnya. Mereka memberi contoh dengan firman Allah dalam surah An-Najm:
tûïÏ%©!$ tbqç7Ï^tGøgs uȵ¯»t6x. ÉOøOM}$# |·Ïmºuqxÿø9$#ur wÎ) zNuH©>9$# 4 ¨bÎ) y7/u ßìźur ÍotÏÿøóyJø9$# 4 uqèd ÞOn=÷ær& ö/ä3Î/ øÎ) /ä.r't±Sr& ÆÏiB ÇÚöF{$# øÎ)ur óOçFRr& ×p¨ZÅ_r& Îû ÈbqäÜç/ öNä3ÏG»yg¨Bé& ( xsù (#þq.tè? öNä3|¡àÿRr& ( uqèd ÞOn=÷ær& Ç`yJÎ/ #s+¨?$# ÇÌËÈ
“Yaitu
mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji selain
kesalahan-kesalahan kecil”. (an-Najm :32)
Menurut As-Suthi, perbuatan keji ialah setiap dosa
yang ada sangsinya. Dosa-dosa besar ialah setiap dosa yang mengakibatkan siksa
neraka. Dan kesalahan-kesalahan kecil ialah apa yang terdapat diantara kedua batas
dosa-dosa di atas. Sementara itu di Mekah belum ada sangsi yang serupa
dengannya.
7. Ayat yang turun di Mekah dan hukumnya Madaniyah
a)
Ayat 13 surat Al-Hujurat
Ayat tersebut turun pada waktu fathu Mekah. Ayat ini dinyatakan ayat
Madaniyah karena turun sesudah hijrah.
b)
Ayat 3 sampai dengan 5 surat
Al-Maidah.
Ayat tersebut turun pada hari jumat. Kala itu umat Islam tengah berwukuf di
Padang Arafah dalam peristiwa Haji Wada’. Haji ini dilaksanakan Rasulullah saw.
setelah beliau berhijrah. Maka ketiga ayat di atas diklasifikasikan sebagai
ayat Madaniyah kendati turun di Arafah, dan seperti diketahui Arafah adalah
kawasan di sekitar Mekah.
8. Ayat-ayat yang turun di Madinah, hukumnya Makkiyah
a) Al-Mumtahanah
Surat ini turun ketika Rasulullah hendak berangkat menuju Mekah menjelang Futuh
Mekah. Ini artinya terjadi setelah hijrah. Kisahnya demikian: mengetahui
Rasulullah hendak berangkat ke Mekah, seseorang bernama Hattab bin Abi Balta’ah
menulis surat untuk disampaikan kepada orang Quraisy di Mekah. Isinya
menginformasikan rencana Rasulullah dan kaum muslimin yang akan berangkat ke
kota yang disebut paling terakhir.
Al-Zarkasyi mengklasifikasikan ayat ini sebagai Makkiyah. Ia tak
menjelaskan alasannya. Ada kemungkingan penulis kitab Al-Burhan fi ‘Ulum
Al-Quran ini sepakat dengan pendapat yang mengatakan ayat Makkiyah adalah
ayat-ayat yang khithab-nya ditujukan kepada penduduk Mekah.
b) Ayat 41
surat An-Nahl
c) Mulai awal
surat At-taubah (bara’ah) sampai dengan ayat 28. Ayat-ayat ini sesungguhnya
Madaniyah, tetapi Khitab-nya ditujukan kepada penduduk Mekah.[6]
D.
Urgensi
Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah
a)
Membantu dalam menafsirkan Al-Quran
Dengan mengetahui tempat-tempat
turun ayat dapat membantu untuk memahami ayat dan menafsirkannya. Jika ada
pelajaran yang dapat diambil daripadanya itu berbentuk lafaz umum bukan
dengan menentukan sebab. Orang yang menafsirkannya itu sanggup memberikan penjelasan
ketika terjadi pertentangan makna ketika pada dua ayat, supaya berbeda antra nasikh
dan mansukh. Jika yang belakangan itu nasikh supaya ditempatkan
di depan.
b)
Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
Setiap kondisi tentu saja memerlukan ungkapan-ungkapan
yang relevan. Ungkapan-ungkapan dan intonasi berbeda yang digunakan ayat-ayat
Makiyyah dan ayat-ayat Madaniyah memberikan informasi metodologi bagi cara-cara
menyampaikan dakwah agar relevan dengan orang yang diserunya. Oleh karena itu dakwah
Islam berhasil mengetuk hati dan menyembuhkan segala penyakit rohani
orang-orang yang diserunya. Disamping itu, setiap langkah-langkah dakwah
memiliki objek kajian dan metode-metode tertentu, seiring dengan perpedaan
kondisi sosio-kultural manusia. Periodesasi Makkiyah dan Madaniyah telah
memberikan contoh untuk itu.
c)
Memberikan informasi tentang Sirah
Kenabian
Penahapan turunnya wahyu seiring
dengan perjalanan dakwah Nabi, baik di Mekah dan Madinah, dimulai sejak
diturunkannya wahyu pertama sampai diturunkannya wahyu terakhir. Dengan
demikian Al-Quran adalah pedoman bagi perjalanan dakwah Nabi yang informasinya
tidak diragukan lagi.[7]
E. Relasi Konsep Makiyah Madaniyah Dengan Keuniversalan
Al Qur’an
Para ulama membagi turunnya al-quran dalam dua periode, yaitu periode
mekkah dan periode madinah. Di lihat dari segi kondisi masyarakat serta
tuntunan al-qur’an terhadap mereka, maka turunya al-Quran di bagi menjadi dua
bagian yaitu:
- Yang turun tanpa adanya sesuatu factor atau sebab yang melatarbelakanginya. Dalam hal ini ayat itu turun sebagai wahyu Allah SWT yang merupakan hidayah bagi umat manusia.
- Yang turunnya dengan suatu sebab tertentu, baik berupa pertanyaan ataupun peristiwa yang memerlukan pemecahan yang mendesak.
Dengan kedua
cara itulah al-qur’an turun secara berangsur-angsur, terkadang 5 ayat, atau 10
ayat dan adakalanya juga berupa satu surat yang panjang. Subhi ash-Shalih
menjelaskan bahwa turunnya al-Quran
dengan cara berangsur-angsur itu mempunyai hikmah yaitu:
- Sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat
- Memberikan jawaban dan penyelesaian masalah yang tepat pada saat yang diperlukan.
- Penerapan hukum dan pemberian beban kewajiban secara bertahap.
Al-Qur’an adalah
kitab suci yang merupakan penutup berbagai kitab suci sebelumnya, sehingga
isinya berlaku secara umum dan abadi, baik dari segi waktu, tempat, maupun umat
yang menerima risalahnya. Adapun tanda-tanda keuniversalan al-Qur’an itu antara
lain:
- Keaslian teks Orang-orang beriman yakin bahwa ayat-ayat al-Qur’an yang ada sekarang adalah sama dengan yang diucapkan oleh Nabi Muhaammad, karena setiap kali Rasulullah menerima wahyu, beliau segera menyampaikannya kepada para sahabat.
- Bahasa Al-Quran tetap dapat dipahami yaitu menggunakan bahasa arab.
- Isi kandungan Al-Qur’an.[8]
KESIMPULAN
1) Para
ulama sangat memperhatikan Qur’an dengan cermat. Mereka menertibkan surah-surah
sesuai dengan tempat turunya. Mereka mengatakan misalnya: “Surah ini diturunkan
setelah surah itu.” Dan bahkan lebih cermat lagi sehingga mereka membedakan
antara yang diturunkan malam hari dan diturunkan siang hari, antara yang
diturunkan musim panas dan yang diturunkan musim dingin, antara yang diturunkan
di wakti sedamh berada dirimah dengan yang diturunkan saat bepergianAda beberapa
teori dalam menetukan kriteria suatu ayat apakah ayat terkait itu Makkiyah atau
Madaniyah.
2) Para ulama
membaginya menjadi empat teori, yaitu:
a)
Teori
Mulaahazhatu Makaanin Nuzuli (Teori Geografis)
b)
Teori
Mulaahazhatu Mukhaathabiina Fin Nuzuuli (Teori Subjektif)
c)
Teori
Mulaahazhatu Zamaanin Nuzuuli (Teori Historis)
d) Teori Mulaahazhatu Ma Tadhammanat as Suuratu (Teori Content Analysis)
3) Diantara
manfaat mengetahui Ilmu Makkiyah dan Madaniyah adalah :
a.
Membantu dalam menafsirkan Al-Quran
b.
Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
c.
Memberikan informasi tentang Sirah Kenabian
4) Al-Qur’an adalah
kitab suci yang merupakan penutup berbagai kitab suci sebelumnya, sehingga
isinya berlaku secara umum dan abadi, baik dari segi waktu, tempat, maupun umat
yang menerima risalahnya. Adapun tanda-tanda keuniversalan al-Qur’an itu antara
lain:
a.
Keaslian teks Orang-orang beriman yakin bahwa ayat-ayat
al-Qur’an yang ada sekarang adalah sama dengan yang diucapkan oleh Nabi
Muhaammad, karena setiap kali Rasulullah menerima wahyu, beliau segera
menyampaikannya kepada para sahabat.
b.
Bahasa Al-Quran tetap dapat dipahami
yaitu menggunakan bahasa arab.
c.
Isi kandungan Al-Qur’an
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaththan,
Studi Ilmu-ilmu Qur’an,(Bogor:Litera
Antar Nusa,2006),
Abdul
Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000),
Fahd Bin Abdurrahman, Ulumul Quran: Studi Kompleksitas Al-Qur’an (
Yogyakarta: Titian Ilahi, 1999),
Dr. H. Imam Muchlas MA.1995. Al-Qur’an
Berbicara,(Jogjakarta: Pustaka Pro
tank sherenya.. kunjungan baliknya gan di my blog tentang ebook kitab kuning, http://imammuttaqin58.blogspot.com/
BalasHapusWelcome to The JamBase Casino NJ - JtmHub
BalasHapusWelcome to The JamBase Casino, a 대구광역 출장샵 newly established online gambling 천안 출장안마 destination in New Jersey, offering 안성 출장샵 a plethora of games and 고양 출장샵 services. The JamBase Casino NJ 논산 출장샵